reedsmootasc.com -Universitas Sriwijaya (Unsri) akhirnya buka suara terkait insiden penganiayaan yang menimpa salah satu dokter koas (co-assistant) yang diduga dipicu masalah jadwal piket pada momen Tahun Baru. Kejadian ini viral di media sosial setelah beredar informasi dan video yang menunjukkan adanya tindakan kekerasan, sehingga memicu perhatian publik, terutama kalangan tenaga kesehatan dan mahasiswa kedokteran.

Kronologi Insiden

Peristiwa ini terjadi di salah satu rumah sakit pendidikan tempat dokter koas tersebut menjalani tugas praktik. Berdasarkan informasi yang beredar, penganiayaan terjadi ketika korban terlibat konflik dengan rekannya terkait pembagian jadwal piket selama libur Tahun Baru. Perdebatan yang awalnya hanya berupa adu mulut kemudian memanas dan berujung pada tindakan kekerasan fisik yang dialami korban.

Insiden tersebut langsung menyebar luas di media sosial setelah korban melaporkannya ke pihak berwajib. Video dan foto terkait kejadian ini memicu reaksi keras dari masyarakat, yang mengecam tindakan kekerasan tersebut sebagai bentuk ketidakprofesionalan di lingkungan kerja medis.

Pernyataan Resmi Unsri

Menanggapi situasi ini, pihak Universitas Sriwijaya (Unsri) melalui juru bicaranya menyatakan sangat menyesalkan terjadinya insiden tersebut. Unsri menegaskan bahwa segala bentuk kekerasan dalam lingkungan pendidikan, termasuk di rumah sakit pendidikan, tidak dapat ditoleransi. Mereka juga berkomitmen untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam menyelesaikan kasus ini.

“Kami sangat prihatin atas kejadian ini dan menegaskan bahwa tindakan seperti ini bertentangan dengan nilai-nilai profesionalisme yang diajarkan di Fakultas Kedokteran Unsri. Kami akan mendalami lebih lanjut insiden ini bersama pihak terkait dan mendukung proses hukum yang berjalan,” ujar perwakilan Unsri dalam konferensi pers.

Dukungan untuk Korban

Pihak Unsri juga memastikan bahwa korban mendapatkan pendampingan penuh, baik dari segi hukum maupun psikologis. Unsri berjanji akan melindungi hak-hak korban serta memastikan insiden serupa tidak terulang di masa mendatang. “Lingkungan pendidikan harus bebas dari kekerasan, dan kami akan meningkatkan pengawasan serta membangun komunikasi yang lebih baik antar peserta program koas,” tambahnya.

Reaksi Publik

Viralnya kasus ini memicu diskusi luas di media sosial. Banyak pihak menilai bahwa pembagian jadwal piket seharusnya bisa diselesaikan dengan cara musyawarah tanpa harus berujung pada tindakan kekerasan. Beberapa kalangan mendesak institusi pendidikan dan rumah sakit untuk memperketat pengawasan serta memberikan sanksi tegas terhadap pelaku kekerasan.

Langkah Selanjutnya

Pihak kepolisian saat ini masih menyelidiki kasus tersebut dan memeriksa sejumlah saksi. Unsri menegaskan bahwa pihaknya akan bersikap transparan dan kooperatif dalam mendukung penyelesaian kasus ini. Kejadian ini diharapkan menjadi momentum untuk memperbaiki komunikasi, manajemen jadwal, serta sistem pengawasan dalam dunia pendidikan kedokteran.

Dengan adanya kejadian ini, publik berharap tidak ada lagi tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan dan profesional, terutama di kalangan tenaga kesehatan yang semestinya menjunjung tinggi nilai empati dan profesionalisme.

By admin