Indonesia dikenal memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, termasuk dalam dunia hewan ternak. Salah satu aset berharga yang dimiliki adalah kuda lokal. Di antara berbagai ras kuda yang ada, kuda Sumba dan kuda Sandelwood menjadi dua nama yang cukup populer, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Timur. Kedua kuda ini tidak hanya mencerminkan keunikan lokal, tetapi juga menyimpan potensi besar di bidang budaya, olahraga, dan pariwisata.
Kuda Sumba: Lincah dan Liar
Kuda Sumba berasal dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Bentuk tubuhnya kecil dan ramping, namun sangat gesit. Warga lokal memanfaatkan kuda ini untuk berbagai keperluan, mulai dari alat transportasi tradisional hingga hiburan dalam pacuan kuda.
Salah satu keistimewaan kuda Sumba terletak pada kemampuannya beradaptasi dengan medan yang berat. Meskipun tubuhnya tidak besar, kuda ini mampu berlari dengan kecepatan tinggi dan bermanuver di jalur yang sulit. Inilah mengapa kuda Sumba menjadi pilihan utama dalam lomba pacuan kuda tradisional di wilayah tersebut.
Kuda Sumba juga menjadi ikon dalam tradisi Pasola, sebuah ritual perang adat yang memadukan unsur kepercayaan, seni, dan olahraga. Dalam acara ini, para penunggang kuda bersaing dengan lemparan lembing kayu di atas kuda yang berlari kencang. Pemandangan ini menjadi daya tarik wisata yang unik dari Sumba.
Kuda Sandelwood: Bangga dengan Keanggunannya
Berbeda dengan kuda Sumba, kuda Sandelwood dikenal lebih anggun dan elegan. Ras ini berasal dari Pulau Sumbawa, namun seiring waktu juga banyak ditemukan di Flores dan daerah sekitarnya. Nama “Sandelwood” sendiri diambil dari pohon cendana (sandalwood tree), komoditas khas dari wilayah tersebut.
Kuda Sandelwood memiliki postur yang lebih proporsional dibandingkan kuda lokal lainnya. Tingginya berkisar antara 120 hingga 130 cm, dengan leher tegap dan dada bidang. Penampilannya menarik perhatian, sehingga kuda ini sering dijadikan kuda parade, tarian tradisional, atau bagian dari acara kenegaraan.
Selain penampilannya, kuda Sandelwood juga memiliki stamina tinggi. Banyak pecinta kuda memelihara ras ini karena karakternya jinak dan mudah dilatih. Tak heran jika kuda ini semakin diminati, baik untuk kegiatan olahraga berkuda maupun sebagai hewan peliharaan eksklusif.
Warisan Budaya yang Perlu Dijaga
Kuda Sumba dan kuda Sandelwood bukan sekadar hewan ternak. Keduanya merupakan bagian dari identitas budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur. Sayangnya, perkembangan zaman dan minimnya perhatian bisa mengancam keberlanjutan ras-ras ini.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, komunitas, dan pecinta hewan untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan kuda lokal Indonesia. Pelestarian bisa dilakukan melalui pendidikan, program pembiakan, serta promosi wisata yang melibatkan kuda-kuda ini.
Kesimpulan
Kuda Sumba dan kuda Sandelwood adalah dua jenis kuda lokal Indonesia yang memiliki karakter kuat, fungsional, dan kaya akan nilai budaya. Keduanya menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan hayati yang tak kalah dari luar negeri. Dengan perhatian dan upaya yang tepat, kuda lokal bisa menjadi kebanggaan bangsa dan daya tarik wisata dunia.