Ketupat identik dengan perayaan Lebaran. Namun, jika kamu mengunjungi Aceh saat Idul Fitri, kamu akan menemukan bahwa ketupat di sana hadir dalam berbagai bentuk dan rasa yang unik. Masyarakat Aceh tidak hanya menyajikan ketupat sebagai pelengkap opor atau rendang. Mereka mengembangkan variasi yang menggugah selera dan menyimpan nilai budaya yang mendalam.
Ketupat Ketan: Favorit di Meja Lebaran
Salah satu variasi paling populer adalah ketupat ketan. Berbeda dengan ketupat biasa yang menggunakan beras putih, ketupat ini menggunakan beras ketan yang pulen dan lengket. Proses memasaknya memerlukan waktu dan perhatian khusus agar teksturnya tetap lembut dan tidak mudah hancur.
Biasanya, ketupat ketan disajikan bersama kelapa parut yang telah dicampur garam atau sambal kelapa khas Aceh. Rasanya gurih dan legit, cocok disantap di pagi hari setelah salat Id. Bahkan, banyak orang yang menjadikan ketupat ketan sebagai menu utama saat berkumpul bersama keluarga besar.
Ketupat Puluik: Cita Rasa Tradisional yang Bertahan
Selain ketupat ketan, ada juga ketupat puluik, yang merupakan sebutan lain untuk ketupat dari beras ketan hitam. Warna gelap dari ketan hitam memberikan tampilan yang mencolok sekaligus rasa yang khas. Masyarakat Aceh sering menyajikannya dengan kuah manis dari santan dan gula merah. Perpaduan rasa gurih, manis, dan legit membuat ketupat ini jadi sajian penutup yang istimewa.
Bentuk dan Anyaman yang Beragam
Ketupat Lebaran Aceh juga unik dari sisi bentuk dan anyamannya. Selain bentuk persegi seperti ketupat pada umumnya, masyarakat Aceh juga membuat ketupat berbentuk segitiga atau lonjong. Setiap bentuk memiliki filosofi dan sejarah tersendiri. Beberapa keluarga bahkan menjaga pola anyaman secara turun-temurun, sebagai bagian dari warisan budaya.
Makna di Balik Ketupat
Bagi masyarakat Aceh, ketupat bukan hanya soal rasa. Hidangan ini menyimbolkan kesucian hati setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa. Anyaman rumit pada bungkus ketupat mencerminkan kehidupan manusia yang saling terhubung, sementara isinya yang putih melambangkan hati yang bersih.
Oleh karena itu, menyajikan ketupat di meja Lebaran berarti lebih dari sekadar menyambut tamu dengan makanan. Ini adalah wujud penghormatan terhadap tradisi dan pengingat akan pentingnya silaturahmi.
Penutup
Ketupat Lebaran khas Aceh menyuguhkan lebih dari sekadar makanan tradisional. Dengan variasi bahan, bentuk, hingga cara penyajiannya, ketupat menjadi bagian penting dalam perayaan Idul Fitri. Masyarakat Aceh berhasil menjaga keunikan ini sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Jadi, jika kamu ingin merasakan sensasi Lebaran yang berbeda, cobalah menikmati variasi ketupat khas Aceh yang kaya rasa dan makna.