reedsmootasc.com -Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) saat ini merebak di 32 provinsi di Indonesia, menyebabkan keresahan terutama di kalangan peternak babi. Wabah ini diketahui sangat menular di antara babi domestik maupun babi liar, dengan tingkat kematian yang tinggi. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan bahwa ASF tidak membahayakan manusia karena tidak dapat menular lintas spesies.
Apa Itu Demam Babi Afrika?
ASF adalah penyakit virus yang menyerang babi, disebabkan oleh virus dari keluarga Asfarviridae. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Afrika sebelum menyebar ke berbagai negara. Virus ASF menimbulkan gejala seperti demam tinggi, kehilangan nafsu makan, lesi kulit, dan pendarahan pada babi yang terinfeksi. Tingkat kematian yang tinggi membuat wabah ini menjadi ancaman besar bagi industri peternakan babi.
Penting untuk dicatat bahwa ASF tidak menular ke manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyatakan bahwa ASF hanya berdampak pada populasi babi dan tidak memiliki risiko zoonosis.
Dampak di Indonesia
Merebaknya ASF di 32 provinsi telah memberikan pukulan berat bagi peternak babi. Banyak peternak mengalami kerugian besar karena tingginya angka kematian babi akibat virus ini. Selain itu, rantai pasok daging babi juga terganggu, yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga di pasar.
Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengeluarkan imbauan kepada peternak untuk meningkatkan biosekuriti, seperti membatasi akses ke area peternakan, membersihkan peralatan secara berkala, dan menghindari kontak dengan babi liar.
Pernyataan Kemenkes
Kemenkes memastikan bahwa ASF tidak membahayakan manusia. Virus ini tidak menular melalui konsumsi daging babi yang telah dimasak dengan baik. Namun, masyarakat diimbau untuk tetap memperhatikan kebersihan dan memastikan daging yang dikonsumsi berasal dari sumber terpercaya.
“Virus ASF tidak memiliki dampak kesehatan pada manusia. Meski begitu, kami tetap mendukung upaya mitigasi Kementan dalam mengendalikan wabah ini,” ujar salah satu pejabat Kemenkes.
Langkah Pengendalian
Untuk mengatasi wabah ASF, pemerintah telah memperkuat pengawasan terhadap pergerakan babi antarprovinsi. Selain itu, peternak diminta melaporkan segera jika ditemukan gejala ASF pada ternak mereka. Langkah pencegahan seperti pembatasan impor babi dari daerah terdampak juga telah diberlakukan.
Kesimpulan
Meskipun ASF tidak menimbulkan ancaman langsung bagi kesehatan manusia, dampaknya terhadap industri peternakan sangat signifikan. Kolaborasi antara peternak, pemerintah, dan masyarakat diperlukan untuk mengendalikan penyebaran wabah ini, sehingga ekonomi peternakan tetap stabil dan kebutuhan pangan masyarakat tetap terpenuhi.