Perang antara Israel dan Iran baru-baru ini menghadirkan kejutan besar di panggung geopolitik global. Banyak pihak tidak menduga bahwa Israel—negara dengan teknologi militer canggih dan dukungan intelijen kuat—mengalami kekalahan strategis dalam waktu relatif singkat. Berikut lima faktor utama yang mendorong kekalahan tersebut.
1. Kelelahan Perang dan Kesalahan Kalkulasi
Militer Israel memasuki konflik dengan kepercayaan diri tinggi, tetapi mereka meremehkan ketahanan Iran dan salah membaca skala serangan balasan yang terorganisir.
2. Ketergantungan pada Aliansi Barat
Israel mengandalkan bantuan logistik dan intelijen dari AS serta sekutunya. Namun, respons lambat dan tarik ulur politik internal di Washington menghambat dukungan maksimal saat serangan mencapai puncaknya.
3. Keunggulan Iran dalam Perang Simetrik dan Siber
Iran memanfaatkan serangan siber dan drone untuk melumpuhkan sistem pertahanan serta infrastruktur penting Israel. Strategi ini membuat Israel kewalahan, terutama karena serangan datang dari berbagai arah, termasuk lewat milisi proksi.
4. Ketidaksiapan di Front Dalam Negeri
Rakyat Israel menghadapi kepanikan massal karena serangan rudal menghantam pusat-pusat sipil. Pemerintah kesulitan mengatur evakuasi dan logistik, yang slot spaceman melemahkan moral serta kepercayaan publik.
5. Kecerdikan Diplomasi Iran
Iran menggunakan jalur diplomatik untuk memecah dukungan internasional terhadap Israel. Beberapa negara sahabat Israel menahan diri, sementara negara-negara netral justru menyerukan de-eskalasi, yang mengisolasi posisi Israel secara politik.
Kekalahan ini menjadi pelajaran penting bahwa kekuatan militer saja tidak cukup dalam menghadapi konflik modern yang kompleks. Israel kini harus mengevaluasi strategi jika ingin tetap relevan di lanskap keamanan regional.